Oleh : Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih
Mengangkat tangan dalam berdoa merupakan etika yang paling agung dan memiliki keutamaan mulia serta penyebab terkabulnya doa. 
Dari Salman Al-Farisi Radhiyallahu ’anhu bahwa Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda.
"Artinya  : Sesungguhnya Rabb kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia, Dia malu dari  hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya (meminta-Nya) dikembalikan  dalam keadaan kosong tidak mendapat apa-apa". [Sunan  Abu Daud, kitab Shalat bab Doa 2/78 No. 1488, Sunan At-Tirmidzi, bab  Doa 13/68. Musnad Ahmad 5/438.
 Dishahihkan Al-Albani, Shahih Sunan Abu  Daud].Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa lafazh hayyun berasal dari lafazh haya’ yang  bermakna malu. Allah memiliki sifat malu yang sesuai dengan keagungan  dzat-Nya kita beriman tanpa menggambarkan sifat tersebut. Lafazh kariim yang  berarti Maha Memberi tanpa diminta dan dihitung atau Maha Pemurah lagi  Maha Memberi yang tidak pernah habis pemberian-Nya, Dia dzat yang Maha  Pemurah secara mutlaq. Lafazh an yarudahuma shifron artinya kosong tanpa ada sesuatu. (Mur’atul Mafatih 7/363).
Dari  Anas Radhiyalahu ’anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa  sallam tidak berdoa dengan mengangkat tangan kecuali dalam shalat  Istisqa. [Shahih Al-Bukhari, bab Istisqa’ 2/12. Shahih Muslim, kitab Istisqa’ 3/24].
Imam  Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa hadits tersebut tidak menafikan berdoa  dengan mengangkat tangan akan tetapi menafikan sifat dan cara tertentu  dalam mengangkat tangan pada saat berdoa, artinya mengangkat tangan  dalam doa istisqa’ memiliki cara tersendiri mungkin dengan cara  mengangkat tangan tinggi-tinggi tidak seperti pada saat doa-doa yang  lain yang hanya mengangkat kedua tangan sejajar dengan wajah saja.
Berdoa  dengan mengangkat tangan hingga sejajar dengan kedua pundak tidaklah  bertentangan dengan hadits di atas sebab beliau pernah berdoa mengangkat  tangan hingga kelihatan putih ketiaknya, maka boleh mengangkat tangan  dalam berdoa hingga kelihatan ketiaknya, akan tetapi di dalam shalat  istisqa dianjurkan lebih dari itu atau mungkin pada shalat istisqa kedua  telapak tangan diarahkan ke bumi dan dalam doa selainnya kedua telapak  tangan diarahkan ke atas langit.
Imam  Al-Mundziri mengatakan bahwa jika seandainya tidak mungkin menyatukan  hadits-hadits diatas, maka pendapat yang menyatakan berdoa dengan  mengangkat tangan lebih mendekati kebenaran sebab banyak sekali  hadits-hadits yang menetapkan mengangkat tangan dalam berdoa, seperti  yang telah disebut Imam Al-Mundziri dan Imam An-Nawawi dalam Syarah Muhadzdzab dan Imam Al-Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad. Adapun  hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari ’Amarah bin Ruwaibah bahwa  dia melihat Bisyr bin Marwan mengangkat tangan dalam berdoa, lalu  mengingkarinya kemudian berkata : "Saya melihat Rasulullah Shallallahu  ’alaihi wa sallam tidak lebih dari ini sambil mengisyaratkan jari  telunjuknya. Imam At-Thabari meriwayatkan dari sebagian salaf bahwa  disunnahkan berdoa dengan mengisyaratkan jari telunjuk. Akan tetapi  hadits di atas terjadi pada saat khutbah Jum’at dan bukan berarti hadits  tersebut menafikan hadits-hadits yang menganjurkan mengangkat tangan  dalam berdoa. [athul Bari 11/146-147].
Akan  tetapi dalam masalah ini terjadi kekeliruan, sebagian orang ada yang  berlebihan dan tidak pernah sama sekali mau meninggalkan mengangkat  tangan, dan sebagian yang lainnya tidak pernah sama sekali mengangkat  tangan kecuali waktu-waktu khusus saja, serta sebagian yang lain di  antara keduanya, artinya mengangkat tangan pada waktu berdoa yang memang  dianjurkan dan tidak mengangkat tangan pada waktu berdoa yang tidak ada  anjurannya. Imam Al-’Izz bin Abdussalam berkata bahwa tidak dianjurkan  mengangkat tangan pada waktu membaca doa iftitah atau doa diantara dua  sujud. Tidak ada satu haditspun yang shahih yang membenarkan pendapat  tersebut.
Begitupula  tidak disunahkan mengangkat tangan tatkala membaca doa tasyahud dan  tidak dianjurkan berdoa mengangkat tangan kecuali waktu-waktu yang  dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam untuk  mengangkat tangan. [Fatawa Al-Izz bin Abdussalam hal. 47].
Syaikh  Bin Bazz berkata bahwa dianjurkan berdoa mengangkat tangan karena  demikian itu menjadi penyebab terkabulnya doa, berdasarkan hadits Nabi  Shallallahu ’alaihi wa sallam.
"Artinya  : Sesungguhnya Tuhan kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia, Dia malu kepada  hamba-Nya yang mengankat kedua tangannya (meminta-Nya), Dia kembalikan  dalam keadaan kosong tidak mendapat apa-apa". [Hadits Riwayat Abu Dawud].
Dan sanda Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam.
"Artinya  : Sesungguhnya Allah Maha Baik tidak menerima kecuali yang baik dan  sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman seperti  memerintahkan kepada para rasul, Allah berfirman.
"Hai  orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang  Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar  hanya kepada-Nya kamu menyembah". [Al-Baqarah : 172].
Dan firman Allah : "Hai  rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal  yang shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan". [Al-Mukminuun : 51]
Kemudian  beliau menyebutkan seseorang yang lusuh mengangkat kedua tangannya ke  arah langit berdoa : ’Ya Rabi, ya Rabbi tetapi makanannya haram,  minumannya haram dan pakaiannya haram serta darah dagingnya tumbuh dari  yang haram, bagaimana doanya bisa dikabulkan .?" [Shahih Muslim, kitab Zakat 3/85-86]
Tidak  dianjurkan berdoa mengangkat tangan bila Rasulullah Shallallahu ’alaihi  wa sallam tidak mengangkat kedua tangannya pada waktu berdoa seperti  berdoa pada waktu sehabis salam dari shalat, membaca doa di antara dua  sujud dan membaca doa sebelum salam dari shalat serta pada waktu berdoa  dalam khutbah Jum’at dan Idul fitri, tidak pernah ada hadits yang  menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam mengangkat  tangan pada waktu waktu tersebut.
Rasulullah  Shallallahu ’alaihi wa sallam adalah panutan kita dalam segala hal, apa  yang ditinggalkan dan apa yang dilaksanakan semuanya suatu yang terbaik  buat umatnya, akan tetapi jika dalam khutbah Jum’at khatib membaca doa  istisqa’, maka dianjurkan mengangkat tangan dalam berdoa sebagaimana  yang telah dilakukan oleh Rasulullah Shallallah ’alaihi wa sallam. [Shahih Al-Bukhari, bab Istisqa’, bab Jamaah Mengangkat Tangan Bersama Imam 2/21].
Dianjurkan  mengangkat tangan dalam berdoa setelah shalat sunnah tetapi lebih baik  jangan rutin melakukannya karena Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa  sallam tidak rutin melakukan perbuatan tersebut dan seandainya demikian,  maka pasti kita menemukan riwayat dari beliau Shallallahu ’alaihi wa  sallam terlebih para sahabat selalu menyampaikan segala tindakan dan  ucapan beliau baik dalam keadaan mukim atau safar.
Adapun hadits yang berbunyi :
"Artinya  : Shalat adalah ibadah yang membutuhkan khusyu’ dan berserah diri, maka  angkatlah kedua tanganmu dan ucapkanlah : Ya Rabbi, ya Rabbi". [Hadits Dhaif, Fatawa Muhimmmah hal. 47-49].
Dan  tidak dianjurkan mengangkat tangan dalam membaca doa thawaf sebab Nabi  Shallallahu ’alaihi wa sallam berkali-kali melakukan thawaf tidak ada  satu riwayatpun yang menjelaskan bahwa beliau berdoa mengangkat tangan  pada saat thawaf.
Sesuatu  yang terbaik adalah mengikuti ajaran Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa  sallam dan sesuatu yang terburuk adalah mengikuti perbuatan bid’ah.
Cara mengangkat tangan dalam berdoa.
Ibnu  Abbas berpendapat bahwa cara mengangkat tangan dalam berdoa adalah  kedua tangan diangkat hingga sejajar dengan kedua pundak, dan  beristighfar berisyarat dengan satu jari, adapun ibtihal (istighasah) dengan mengangkat kedua tangan tinggi-tinggi. [Sunan Abu Daud, bab Witir, bab Doa 2/79 No. 14950. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud].
Imam  Al-Qasim bin Muhammad berkata bahwa saya melihat Ibnu Umar berdoa di  Al-Qashi dengan mengangkat tangannya hingga sejajar dengan kedua  pundaknya dan kedua telapak tangannya dihadapkan ke arah wajahnya. [Dishahihkan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 11/147. Dinisbatkan kepada AL-Bukhari dalam kitab Adabul Mufrad tetapi tidak ada].
Ketahuilah bahwa doa Istisqa’ memiliki dua cara
Pertama.
Mengangkat  kedua tangan dan mengarahkan kedua telapak tangan ke wajah, berdasarkan  dari Umair Maula Abi Al-Lahm bahwa dia melihat Nabi Shallallahu ’alaihi  wa sallam berdoa istisqa di Ahjari Zait dekat dengan Zaura’ sambil  berdiri mengangkat kedua telapak tangannya tidak melebihi di atas  kepalanya dan mengarahkan kedua telapak tangan ke arah wajahnya. [Sunan  Abu Daud, kitab Shalat bab Raf’ul Yadain fil Istisqa’ 1/303 No. 1168.  Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud 1/226 No. 1035].
Kedua
Mengangkat  tagan tinggi-tinggi dan mengarahkan luar telapak tangan ke arah langit  dan dalam telapak tangan ke arah bumi. Dari Anas bahwa beliau melihat  Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam berdoa saat istisqa dengan  mengangkat tangan tinggi-tinggi dan mengarahkan telapak tangan sebelah  dalam ke arah bumi hingga terlihat putih ketiaknya. [Sunan  Abu Daud, kitab Shalat bab Raf’ul Yadain fil Istisqa’ 1/303 No. 1168.  Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Daud 1/226 No. 1035].
Disalin  dari buku Jahalatun naas fid du’a, edisi Indonesia Kesalahan Dalam  Berdoa oleh Ismail bin Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih, hal 61-69 terbitan  Darul Haq, penerjemah Zaenal Abidin Lc.







 
 




5 komentar:
Assalamu'alaikum. sekedar mau tanya, kenapa di setiap ajaran sekelompok orang yang menamakan dirinya salafy itu. saya selalu mendapati hadist2 yang di shahihkan atau atau di dho'ifkan oleh al-banni.
meskipun kita tau hadist itu benar2 shahih. atau hadhist itu benar2 dho'if.
tapi selalu di belakang tulisan hadistnya ada kata2 al-banni.
memang siapa al-banni kok sampai punya keistimewaan seperti itu.
saya minta ma'afkan jika ada yang salah dalam pertanyaan saya. mohon di jawab.
Fanatik dengan dalil, bukan dengan para Imam Mujtahid. (Qs An-Nisa' 59)
Wassalamu'alaikum.
wa'alaikumussalaam warahmatullahi wabarakaatuh.... Sebelum kami enjawab pertanyaan itu, mari kita baca kembali biografi beliau di sini : http://salafy-ums.blogspot.com/2011/07/biografi-syaikh-muhammad-nashiruddin-al.html dan juga di http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_Nashiruddin_Al-Albani atau bisa juga antum baca di sini http://abiubaidah.com/al-albani-dihujat.html/
Di sini kita bukan berarti fanatik dengan para Imam. Namun bila ke Fanatikan itu berujung kepada Al Haq, maka wajib bagi kita mengikutinya. apakah kita dalam memahami dalil dengan seenak hati kita sendiri?? tentu tidak. Perlu kaidah dalam menafsirkan dan memahami Al Quran dan Hadits silahkan antum baca di artikel berikut http://salafy-ums.blogspot.com/2011/07/kaidah-penting-dalam-memahami-al-quran.html
Dan kenapa harus Syaikh Al Albani? jawabannya karena Syaikh Al Albani lah yang telah meneliti hadits2 Rasulullah dengan sanad2nya.. Sanad yang terpercaya atau tidak. Dan itu tidak sembarang orang memberikan sanad yang shohih, hasan, dlo'if, maudlu', muttawwatir atau yang lainnya. Maka di sini penting bagi kita mempelajari Ilmu Mustholah Hadits dan juga ilmu jarh wa ta’dil (penilaian positif dan negatif pada rowi). kita kembalikan ke pakarnya, siapa yang paling ahli.
Pilihlah ulama yang memang ahli meneliti hadits, janganlah kita ambil penilaian mengenai suatu hadits dari orang yang hanya mencomot dan sekedar mendho’ifkan hadits seenaknya sendiri.
kita sulit mempelajari ilmu mustholah hadits bila Ilmu 'Alat tidak kita kuasai betul (Bahasa Arab dan kaidah2nya)
Para ulama menyebutkan kaidah di dalam memahami dan menafsirkan Alquran sebagai berikut:
- Menafsirkan Alquran dengan Alquran.
- Menafsirkan Alquran dengan as-Sunnah.
- Menafsirkan Alquran dengan perkataan-perkataan para sahabat.
- Menafsirkan Alquran dengan perkataan-perkataan para tabi’in.
- Menafsirkan Alquran dengan bahasa Alquran dan as-Sunnah, atau keumumam bahasa Arab.
Semoga bermanfaat..... Untuk lebih jelasnya baca selengkapnya artikel yang kami sebutkan tadi di atas.... Barakallaahu fiikum.....
Alhamdulillah.. kiranya dalil-dalil di atas cukup jelas bahwa berdo'a dengan mengangkat tangan adalah sunah dan sebagai salah satu adab dalam berdo'a yang paling utama. Demikian juga Syaikhul Islam Ibnu Taimiah menganggapnya sunah berdo'a dengan mengangkat tangan. Al Imam As Suyuthi telah mengumpulkan lebih dari 40 hadits adab mengenai mengangkat tangan dalam berdo'a.
Sungguh mengherankan apabila kawan-kawan masih ada yang berdo'a tapi enggan mengangkat tangan. Bahkan apabila kita hendak mengangkat tangan dalam berdo'a demi mengikuti sunah tetapi malu karena orang lain maka hal ini bisa tergolong riak.
Dan barangsiapa sholat, sedekah, beramal dengan riak, karena orang lain maka termasuk syirik. Wallahu'alam.
Singkat saja, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani adalah salah satu ulama mutakhirin yang banyak memberikan warna dalam usaha da'wah al haq. Pendapat-pendapatnya banyak di nukil oleh banyak ulama. Namun agar tidak termasuk taklid pada satu ulama, kita perlu melihat dan mempertimbangkan pendapat ulama-ulama muktabar yang lain. Banyak selaki ulama-lama yang berbeda pendapat dalam kesahihan suatu hadits. Namun jarang sekali kita mendengar pendapat-pendapat mereka karena sebagian besar dari tulisan mereka yang tidak ter expose dan bahkan banyak kitab-kitab karangan mereka yang belum tersadur dalam bahasa Indonesia.
Dalam hal yang demikian kita sebaiknya musti bersikap bijak dengan berwawasan luas dalam melihat suatu perkara.
Wallahu'alam.
ana mau nanya...muka dan mata kita ke atas langit boleh ngga...sukron.
Posting Komentar
Dilarang meninggalkan komentar yang berbau Politik, dan berkomentarlah dengan ahsan. Barakallahu fiikum....