Bagaimana Mencukur Kumis Sesuai Sunnah...???

Mencukur kumis adalah 1 dari 5 atau dalam riwayat Muslim, Ahmad, Nasaai, Tirmidzy dr jln ‘Aaisyah رَضِيَ اللهُ عَنْهَا  bahwa 10 dari kategori sunnatul fithroh(sunnah2 yg di usung oleh para Nabi) selain memelihara janggut, siwaak, memasukkan air ke dlm hidung (istinsyaaq), memotong kuku, membasuh lipatan-lipatan jari jemari/anggota badan lainnya yang berlipat, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu2 kemaluan, istinjaa’, berkumur2.


Dan tidak boleh membiarkan bulu-bulu tersebut lebih dari 40 hari, maka mencukur kumis adalah sunnah yang sangat di tekankan sekali, sebab itu Rasulullah صلى الله عليه وسلم  tercinta bersabda dalam hadiits yang hasan di keluarkan Ahmad, Nasaai, Tirmidzyy dr sahabat Zaid bin Arqom beliau صلى الله عليه وسلم bersabda: “barang siapa yang tidak mengambil (mencukur) sebagian dari kumisnya maka dia bukan termasuk golongan kami”.

Begitu juga dalam hadiits yang hasan di keluarkan Imam Tirmidzi dari jalan Ibnu ‘Abbaaas ia bercerita: adalah Rasulullah صلى الله عليه وسلم  tercinta menipiskan/mencukur sebagian kumisnya lalu bersabda. “Sesungguhnya Ibroohiim kekasih اَللّهُ سبحانه وتعالى  melakukannya”

Hikmahnya banyak di antaranya :
1. Yang terpenting meraih pahala mengamalkan sunnah,
2. Memudahkan ketika makan & minum,
3. Hilangnya kotoran-kotoran,
4. Memperindah penampilan yang اَللّهُ سبحانه وتعالى  sendiri indah suka keindahan & kerapian.

Perselisihan ulama’ tentang batasan-batasan dalam mencukur kumis sebagai berikut
(Sekaligus pendapat yg lebih ‘aadil) :

1. Madzhab/pendapat ke 1 adalah :
Pengikut2 imam Abuu Haniifah, Imam Ahmad, penduduk kuufah, Makhuul, Muhammad bin ‘ajlaan, Naafi’: mencukur habis sampai bersih lebih afdhol dari pada menipiskan semata.
Diantara dalil madzhab ini adalah:
a. Hadiits Muslim, Ahmad, Atthohaawyy dr sahabat Abuu Huroiroh Nabi صلى الله عليه وسلم  bersabda:”juzzuu (tipiskan)kumis, biarkan janggut, selisihilah majuusi” . Dimakna juzzuu disini adalah mencukur habis sampai nempel ke kulit.
b. Imam Bukhoorii meriwayatkan secara mu’llaq dengan lafadh pemastian: “adalah Ibnu ‘Umar mencukur kumisnya sampe keliatan putih (saking bersihnya)”.  Dan Abu Salamah juga di ceritakan oleh bapaknya bahwa ia melihat Ibnu ‘Umar mencukur kumisnya dan tidak meninggalkan sedikitpun.
c. Imam Ibnu Jariir Atthobari mengeluarkan riwayat dari jalan ‘Abdullooh bin ‘Abii ‘Utsmaan ia berkata: aku melihat ibnu ‘Umar mncukur kumis yang atas maupun bawah.

2. Madzhab/pendapat ke 2 adalah :
Madzhab yg ke2 dari Al Maalikiyyah dan Assyaafi’iyyah dan juga pendapat ‘ulamaa’2 madiinah di antaranya Saalim, Sa’iid ibnul Musayyib, ‘Urwah ibnu Azzubair, Ja’far ibnu Azzubair, begitu juga Alhasanul Bashryy, Ibnu Siiriin, ‘Athoo’, Allaits: hanya menipiskan dan melarang mencukur habis bahkan Al Imaam Maalik mengatakan: mencukur habis di sisi saya adalah mutilasi..dan beliau mengatakan juga sebagaimana di ceritakan oleh Asy Hab bahwa ini adalah bid’ah yg tampak di sisi manusia.
Dalil2 madzhab ke-2 adalah :
1. Hadiits ‘Aaaisyah رَضِيَ اللهُ عَنْهَا  yg di riwayatkan Muslim, Ahmad, Nasaa’ii dll termasuk sunanul fithroh yg 10 adalh qosshu assaarib (menipiskan) kumis.
2. Hadiits Zaid ibnu Arqom dan hadiits Ibnu ‘Abbaas yg di jadikan dalil juga oleh madzhab yg pertama, tetapi mereka mema’nakan MIN dlm lafahz hadiits berarti littab’iidh (sebagian)berarti tdk semuanya.
3. Hadiits yg di keluarkan Al bazzaar dr ‘Aaisyah رَضِيَ اللهُ عَنْهَا  beliau bercerita: Rasulullah صلى الله عليه وسلم  melihat seorang laki2 yg kumisnya panjang maka Nabi kita صلى الله عليه وسلم berkata: ambilkan untukku pemotong(sejenis gunting) dan siwaak lalu Nabi kita صلى الله عليه وسلم meletakkan siwak di pinggir bibir atasnya lalu beliau صلى الله عليه وسلم  mencukur yg lewat/melebihi bibir bagian atas. Berarti tidak mencukur semua.
4. Al Baihaqyy dan Atthobroonyy meriwayatkan dr jalan Syarhabiil bin Muslim Al Khoulaanyy ia bercerita: Aku melihat 5 orang dr sahabat Nabi صلى الله عليه وسلم menipiskan kumis mereka: Abuu Umaamah, Almiqdaam bin Ma’di Yakrib, ‘Utbah bin Haun Assulamyy, Alhajjaaj bin ‘aamir dan’Abdullooh bin Bisr.
5. Hadits yg dikeluarkan imaam Maalik dr Zaid bin Aslam bahwa ‘Umar bin Khottoob رضي الله عنه   apabila beliau marah beliau memelintir kumisnya”. Begitupula Al Baihaqyy meriwayatkan. Ini menunjukkan bahwa ‘Umar رضي الله عنه   tdk mencukur habis.

3. Madzhab/pendapat ke 3 adalah :
Al Imaam Ahmad dlm satu riwayat, Ibnu Jariir Atthobaryy dll: Attakhyiir Bainal Halqi wal Qosh (memilih antara mencukur habis & menipiskan).
Al Imaam Ibnu Jariir Atthobaryy beralasan bahwa sunnah telah menunjukkan kedua perkara cukur habis/tipiskan & tdk ada pertentangan pada hakikatnya.
Kemudian kata beliau lafazh alqosh(menipiskan) telah tsaabit/shohiih dlm hadiits ‘Aaisyah, Ibnu ‘Umar, Abu Huroiroh begitu juga lafazh al ihfaa’ (cukur habis) telah tsaabit/shohiih dlm hadiits Buhooryy Muslim. Maka perkaranya adalah pilihan (kata beliau).
Imaam Ahmad pernah di tanya tentang masalah ini maka beliau menjawab: in ahfaahu falaa ba’sa wa in tarokahu qosshon fala ba’sa (kalo di cukur habis ga mengapa & kalo di tinggalkan dgn di tipiskan ga mengapa juga (luas).
Syaikh ‘Abdul Wahhaab ‘Abdussalaam Thowiilah merojihkan pendapat dari madzhab ke 3 ini dlm kitabnya fiqih berpakaian & berhias. Walloohu a’llaa wa a’lam
==================================== 

Fatwa Syaikh Nashiruddin Al Albani.
Kemudian dari fatwa Syaikh Nashiruddin Al Albani yang ana ambil di Majmu’ah Fatawa al-Madina Al-Munawwarah. [ina: Ensiklopedi Fatwa-Fatwa Albany. Penerjemah : Adni Kurniawan. Pustaka At Tauhid. Jakarta. 2002 M. Hal. 63-64] Sebagai Berikut:

Pertanyaan:
Sebagian pria mencukur habis kumisnya. Apakah perbuatan ini termasuk merubah ciptaan (Allah)?

Jawaban:
Ini tidak termasuk merubah ciptaan Allah akan tetapi hal ini menurut pendapat saya adalah perbuatan yang mungkar.
Orang-orang yang mencukur kumisnya menta’wilkan perkataan Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

Pangkaslah tepi kumis-kumis kalian

Dan dalam suatu riwayat:

Berlebih-lebihlah dalam (memotong) kumis-kumis kalian

Mereka menerapkan teks hadits tersebut menurut apa yang mereka fahami. Adapun ihfaa’, inhaak dan jazz, semuanya bermakna satu yaitu memotong, tetapi yang dimaksud adalah tepi kumis dan bukan seluruh kumis. Maka lafazh haffu diambil dari kata haaffah (tepian), sehingga maknanya adalah pangkaslah tepi kumis kalian. Dan sebagai penguat hal ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad dan imam lain pemilik kitab sunan, dari hadits Zaid bin Arqam Radhiyallahu Anhu, ia berkata: bersabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam:

Barangsiapa yang tidak memotong sebagian dari kumisnya, maka bukanlah termasuk golongan kami

Beliau tidak bersabda barangsiapa yang tidak mengambil kumisnya (secara keseluruhan) sebab huruf min () sebagaimana dikatakan ulama bahasa, adalah mengandung arti sebagian sehingga makna hadits tersebut adalah barangsiapa yang tidak mengambil sebagian dari kumisnya.

Dan ini diperjelas lagi dengan hadits yang terdapat dalam Musnad Imam Ahmad dan lain-lain, dengan sanad yang shahih dari al-Mughirah bin Syu’bah bahwa seorang lelaki mendatangi Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam dan orang ini sangat panjang kumisnya, lalu Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengambil siwak dan gunting dan beliau meletakkan siwak tersebut di bawah kumisnya yang memanjang, kemudian beliau memotongnya.
============================== 

Yang Terakhir ana nukilkan dari kitab Zaadul Ma'ad
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata dalam Zadul Ma’ad:
( Pasal petunjuk beliau shallallahu alaihi wasallam dalam hal memendekkan kumis : Abu Umar bin Abdil Barr rahimahullah berkata: diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma: “ bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa memotong kumis beliau dan menyebutkan bahwa Ibrahim alaihis salam dahulu memotong kumisnya” sebagian berpendapat ini mauquf kepada Ibnu Abbas.

Imam Turmudzi telah meriwayatkan dari haditsnya Zaid bin Arqam berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah bersabda: ( barangsiapa yang tidak mengambil dari kumisnya maka dia bukan golongan kami ) dan beliau berkata: ini hadits shahih. Dan dalam shahih Muslim dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

[ قصوا الشوارب وأرخوا اللحى خالفوا المجوس ]
( pendekkanlah kumis dan biarkanlah jenggot selisihilah orang majusi ).

Dan dalam shahih Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

[ خالفوا المشركين ووفروا اللحي وأحفوا الشوارب ]
( selisihilah kaum musyrikin dan biarkanlah jenggot dan pendekkan kumis ).

Dan dalam shahih Muslim dari Anas berkata: Nabi shallallahu alaihi wasallam memberi waktu kami dalam memotong kumis dan kuku supaya tidak membiarkan lebih dari empat puluh hari dan malam.
================================

Para ulama salaf berselisih dalam hal memendekkan kumis dan mencukurnya mana yang lebih afdhal?

Imam Malik dalam Muwatha’nya berkata: dipotong sebagian kumis sehingga nampak ujung bibir dan tidak menghabiskannya seolah seperti mutslah ( menyayat) ).

Ibnu Abdil Hakam meriwayatkan dari malik berkata: kumis dipendekkan dan jenggot dibiarkan dan memendekkan kumis bukan mencukurnya dan saya berpendapat untuk menjaga adab dalam mencukur kumisnya.

Ibnu Qasim meriwayatkan darinya: memendekkan kumis dan mencukurnya menurut saya termasuk mutslah, Malik berkata: dan penafsiran hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam dalm hal memendekkan kumis adalah ithar dan beliau memakruhkan untuk memotong dari bagian atas kumis dan beliau berkata: Saya bersaksi bahwa mencukur kumis termasuk bid’ah dan saya berpendapat supaya pelakunya dipukul hingga kesakitan, Malik berkata: dahulu Umar bin Khattab radhiallahu anhu beliau ditimpa satu masalah beliau menghembuskan nafasnya dan menjadikan kain sarungnya pada kakinya dan beliau memintal kumisnya. Umar bin Abdul Aziz berkata: termasuk sunah dalam hal kumis yaitu ithar.
Imam Thahawi berkata: saya tidak mendapatkan satupun nas dari Imam Syafiie dalam hal ini, dan para sahabat beliau yang kami temui seperti Al Muzani dan Ar Rabi’ mereka memendekkan kumis dan itu menunjukkan bahwa mereka mengambilnya dari Syafiie rahimahullah.

Beliau berkata: adapun Abu Hanifah, Zufar , Abu Yusuf dan Muhammad madzhab mereka dalam hal rambut kepala dan kumis bahwa memotongnya lebih afdhal dari memendekkan.

Dan Ibnu Khuwaiz Mandad Al Maliki meriwayatkan dari Syafiie bahwa madzhabnya dalam hal mencukur kumis seperti madzhab Abu Hanifah dan ini pendapat Abu Umar.

Adapun Imam Ahmad maka Atsram berkata: aku melihat Imam Ahmad bin Hanbal sangat memotong kumisnya dan aku mendengarnya ditanya tentang sunah dalam hal memotong kumis? Maka beliau berkata: memotongnya sebagaimana Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: { potonglah kumis-kumis kalian} dan Hanbal berkata: telah dikatakan kepada Abu Abdullah: apa pendapatmu seorang yang mengambil kumisnya atau memotongnya hingga habis ? atau bagaimana dia lakukan ? beliau berkata: jika dia menghabiskannya maka tidak mengapa dan jika dia memendekkannya maka tidak mengapa.

Abu Muhammad bin Qudamah Al Maqdisi berkata dalam Al Mughni: dia boleh memilih untuk memotongnya hingga habis atau memendekkannya saja tidak sampai habis.

At Thahawi berkata: Al Mughirah bin Syu’bah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengambil kumisnya dengan siwak dan ini menunjukkan tidak sampai habis, dan telah berhujah mereka yang tidak berpendapat memotongnya hingga habis dengan hadits Aisyah dan Abu Hurairah yang marfu’ :

[ عشر من الفطرة فذكر منها قص الشارب ]
[ sepuluh perkara termasuk fithrah diantaranya memendekkan kumis] dan dalam haditsnya Abu Hurairah yang muttafaqun alaihi [ fithrah itu ada lima] diantaranya memendekkan kumis.

Dan mereka yang memotong hingga habis berhujah dengan hadits-hadits yang memerintahkan untuk memotongnya hingga habis dan derajatnya shahih dan hadits Ibnu Abbas bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dahulu yajuzzu ( memotong ) kumisnya.

Ath Thahawi berkata; dan ini kebanyakan maknanya adalah memotong hingga habis juga mengandung dua kemungkinan.

Al Ala’ bin Abdur Rahman dari ayahnya dari Abu Hurairah dengan sanad marfu’:

[ جزوا الشوارب وأرخوا اللحى ]
[ potonglah kumis dan biarkan jenggot ] beliau berkata: dan ini juga mungkin mengandung makna memotong.

Dan dia meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Sa’id dan Abu Usaid dan Rafi’ bin Khudaij dan Sahl bi Sa’ad dan Abdullah bin Umar dan Jabir dan Abu Hurairah behwa mereka memotong kumis hingga habis.

Dan berkata Ibrahim bin Muhammad bin Hathib: aku melihat Ibnu Umar memotong kumis hingga habis seolah-olah beliau mencabutnya. Sebagian lain berkata: hingga kelihatan kulitnya yang putih.

Ath Thahawi berkata: ketika memendekkan adalah disunahkan menurut semuanya maka mencukur dalam hal itu lebih afdhal diqiyaskan dengan rambut kepala, karena Nabi shallallahu alaihi wasallam telah mendoakan bagi yang mencukurnya tiga kali dan yang memotongnya sekali maka mencukur rambut lebih afdhal dari memendekkannya demikian juga kumis.
(Zadul Ma'ad juz 1/ hal 171 )

1 komentar:

  1. Mana doanya bro...yg penting doanya bukan beda cara beda motong beda ,masalah jenggot kumis bisa ribut sekampung....

    BalasHapus

Dilarang meninggalkan komentar yang berbau Politik, dan berkomentarlah dengan ahsan. Barakallahu fiikum....